Realita Bursa Transfer Menampar Keras Manchester United – Omar Berrada, yang pernah digadang- gadang hendak bawa kejayaan kembali ke Old Trafford sehabis hijrah dari Manchester City, saat ini mengalami realitas getir dalam dunia sepak bola dikala mengetuai Manchester United.

Walaupun tiba dengan reputasi kokoh, laki- laki berumur 47 tahun itu mulai menyadari kalau kekuatan di meja perundingan sangat memastikan, serta dikala klub dalam posisi lemah, pasar transfer dapat jadi sangat kejam.

Si pelatih asal Portugal memanglah mewarisi skuad yang tampak kurang baik di paruh awal masa kemudian serta mengakhiri kompetisi di posisi liga terendah dalam 50 tahun terakhir.

Amorim mengawali touring pramusim di Amerika Serikat, nyatanya lumayan puas sehabis memperoleh 2 amunisi baru buat lini depan: Bryan serta Cunha.

Tetapi, di balik transfer itu, Berrada wajib menghasilkan dana besar. Buat memperoleh Mbeumo saja, ia menyetujui angka Rp 1, 5 Triliun, sehabis tawaran dini United sebesar Rp 1, 2 Triliun ditolak mentah- mentah oleh Brentford 2 bulan lebih dahulu.

Cunha ditebus lewat klausul dari Wolves. United juga wajib menyetorkan pembayaran dalam 3 sesi sepanjang 2 tahun, sehabis Wolves menolak permintaan supaya pembayaran dicoba dalam 5 tahun.

Berrada Terkunci di Manchester United

Style perundingan ini jauh dari metode Berrada dikala masih terletak di Etihad. Dahulu, bersama Txiki Begiristain, ia terbiasa mundur dari konvensi bila nilainya dikira tidak normal.

Apalagi kala Southampton memasang harga Rp 1, 64 Truliun buat Virgil van Dijk, City memilah buat mundur. Perihal seragam pula terjalin dalam proses perundingan pemain semacam Paul Pogba, Harry Maguire, Fred, serta Jorginho— 3 di antara lain kesimpulannya malah berlabuh ke Old Trafford.

Kekacauan strategi transfer masih terasa dikala Berrada masuk masa panas kemudian. Tetapi hasil kurang baik senantiasa bersinambung, sampai kesimpulannya Erik ten Hag dipecat pada November.

Berrada sendiri jadi wujud di balik keputusan mendatangkan Amorim dari Sporting Lisbon, walaupun filosofi 3 bek si pelatih dinilai tidak sesuai dengan skuad yang terdapat.

Dalam keadaan keuangan klub yang tertekan oleh utang lebih dari Rp 22 Triliun serta ketentuan Profit and Sustainability Regulations( PSR), United saat ini tidak dapat sekedar“ membeli jalur keluar” dari krisis yang telah berlangsung lebih dari satu dekade.

Kegagalan menembus Liga Champions masa ini— sehabis kalah dari Tottenham di final Liga Europa— membuat tekanan buat menjual pemain yang tidak masuk rencana terus menjadi besar.

Tetapi, kebijakan Amorim buat memisahkan para pemain tersebut dari regu utama— dijuluki selaku“ bomb squad”— malah memperumit suasana. Para pemain ini dilarang berlatih dengan regu inti serta cuma dijadwalkan muncul di Carrington sore hari, sehabis para pemain utama berakhir. Suasana ini membuat klub- klub peminat enggan terburu- buru, sadar kalau United lagi terletak di posisi terjepit.

Saat ini, tantangan besar terletak di tangan Berrada. Ia wajib menciptakan pemecahan buat keluar dari kebuntuan pasar yang dapat menghancurkan rencana jangka panjang klub, di tengah tekanan besar dari suporter serta keadaan sepak bola yang terus menjadi menuntut efisiensi dan ketepatan strategi.

By user2

Related Post