Pep Guardiola Hebat, Selamatkan Musim Tak Terselamatkan City! – Masa ini berjalan sangat aneh untuk Manchester City. Luka menumpuk di seluruh lini, namun regu asuhan Pep Guardiola senantiasa saja menciptakan metode buat terus bertahan dalam persaingan.
Kemenangan melawan Aston Villa melalui Matheus jadi contoh gimana City senantiasa mencapai hasil berarti.
Dalam 8 laga terakhir di liga, mereka cuma kalah sekali serta menang 5 kali. Apalagi, 2 gelandang ialah Matheus Nunes serta Nico O’ Reilly saat ini mengisi posisi full- back dalam skema darurat yang belum sempat dibayangkan lebih dahulu.
Guardiola pernah berkata kalau bila di dini masa seorang menyebut hendak terdapat semifinal dimainkan dengan 2 gelandang jadi bek sayap, hingga dirinya tentu hendak menyangka perihal itu tidak masuk ide.
Absennya Rodri serta Erling Haaland telah lumayan mengusik, namun malah luka di lini balik jadi permasalahan yang lebih pelik. City kebobolan 42 berhasil masa ini—angka paling tinggi semenjak masa Guardiola diawali.
Bandingkan saja dengan kala Mancini mengambil alih Hughes serta City kebobolan 45 berhasil dalam semusim. Pemain semacam John Stones serta Nathan Ake cuma dapat starter di 14 laga, sedangkan Manuel Akanji bermain semenjak dini dalam 20 pertandingan.
Apalagi Ruben Dias juga absen lumayan lama, cuma tampak 21 kali selaku starter dari total 34 laga yang telah dilakoni. Kiper utama, Ederson, pula wajib masuk catatan luka, membuat Stefan Ortega tampak lebih kerap dari 2 masa terakhir digabung.
Keputusan Susah, Bek Dadakan, serta Filosofi Sepak Bola yang Diuji
Dengan seluruh permasalahan tersebut, Guardiola mulai memikirkan kembali siapa saja pemain yang masih dapat diandalkan dalam perihal kebugaran. Ia mengakui kalau butuh mengambil keputusan di masa panas mendatang terpaut pemain yang masih layak dipertahankan.
City memanglah pernah membeli 2 bek tengah muda, Vitor Reis serta Abdukodir Khusanov, pada Januari kemudian, tetapi sampai saat ini keduanya belum memperoleh keyakinan buat tampak di laga- laga krusial.
Sedangkan itu, 2 gelandang senantiasa bermain selaku full- back, suatu yang memperlihatkan gimana Guardiola sering menghasilkan pemecahan yang tidak biasa dalam dunia sepak bola.
Sepanjang ini, manajer asal Spanyol itu memanglah diketahui kerap mengganti posisi pemain serta menciptakan wujud regu yang tidak umum. Sempat satu masa penuh City bermain tanpa striker murni serta senantiasa menjuarai liga saat sebelum kehadiran Haaland.
Apalagi soal bek kiri, Guardiola nyaris tidak sempat mempunyai spesialis sejati dalam 9 tahun terakhir di Manchester. Tetapi masa ini, sebagian dari keputusan nekatnya nyatanya tidak berjalan lembut.
Kepindahan Kyle Walker ke AC Milan pada Januari bisa jadi dapat diprediksi lebih dini, mengingat suasana individu si pemain serta ketertarikan Bayern Munchen lebih dahulu. Tetapi Guardiola senantiasa memercayakan posisi tersebut kepada Rico Lewis, yang nyatanya tampak di dasar harapan.
Di sebagian peluang terakhir, Guardiola berkata kalau ia sendiri merasa belum melaksanakan pekerjaan dengan baik masa ini. Tetapi metode timnya mengalahkan Villa menampilkan kalau kendati masa berjalan sangat berat, masih terdapat ruang buat mencapai suatu di sisa waktu yang terdapat.
Ia memperhitungkan regu bermain semacam yang sempat mereka tampilkan di masa- masa berhasil, dengan semangat besar serta dominasi game. Ia pula menekankan berartinya laga semi final FA Cup serta 4 pertandingan liga tersisa—dua kandang serta 2 tandang—yang wajib dijalani dengan fokus satu per satu.