8 Pelatih Chelsea Terbaik Di Era Roman Abramovich - Ada Mantan Pelatih Timnas Italia

KAMPUSBOLA - 8 Pelatih Chelsea Terbaik Di Era Roman Abramovich - Ada Mantan Pelatih Timnas Italia. Para manajer tersebut melatih di bawah tekanan pengusaha asal Rusia. Namun mereka sanggup membuktikan bahwa mereka layak untuk melatih salah satu tim terkuat di muka Bumi ini.

Menjadi pelatih Chelsea adalah hal yang tak mudah, mengingat sang pemilik kala itu, Roman Abramovich selalu berekspektasi tinggi setiap musim. The Blues bukanlah Manchester United, Arsenal, atau Liverpool yang memberi kesempatan kepada pelatihnya untuk berproses.

The Blues tak segan-segan untuk memecat sang pelatih di pertengahan musim jika kans juara menipis. Abramovich memimpin klub ini layaknya diktator. Namun hal itu seringkali berbuah manis, karena pelatih pengganti mampu membantu Chelsea bangkit dan meraih trofi di akhir musim.

Kami akan mengulas sejumlah manajer yang pernah menjadi pelatih Chelsea, dan menorehkan prestasi untuk klub London Barat tersebut.

Berikut 8 Pelatih Chelsea Terbaik Di Era Roman Empire

Roberto Di Matteo

Roberto Di Matteo, mantan manajer Chelsea Roberto Di Matteo (yang pernah menjadi asisten di bawah Villas-Boas) telah memimpin klub untuk memenangkan trofi Liga Champions untuk pertama kalinya.

Setelah Villas-Boas dipecat sebagai pelatih Chelsea, salah satu tugas pertama Di Matteo adalah membalikkan defisit dua gol di Liga Champions melawan Napoli, sebuah hal langka di kompetisi antar klub Eropa tersebut, namun mereka sanggup melakukannya.

Setelah itu, mereka menumbangkan Benfica dan Barcelona untuk melaju ke partai final.

Baca Juga Daftar Skuad Pemain Chelsea 2021/2022

Trofi Liga Champions akhirnya untuk kali pertama berhasil mereka raih setelah mengalahkan wakil Jerman, Bayern Munchen melalui adu tendangan penalti, yang hanya berselang 2 Minggu setelah Chelsea memenangkan Piala FA. 

Namun, The Blues hanya finis keenam di Liga Premier dan hanya lolos ke Liga Champions pada musim berikutnya karena mereka juara bertahan.

Sementara itu, di musim selanjutnya, mereka hanya bertahan sampai babak penyisihan grup, dan terdegradasi ke Liga Europa. Sebuah hasil yang membuat Di Matteo dipecat, setelah awal yang buruk sebagai manajer permanen.

Carlo Ancelotti

Setelah kepelatihan Scolari yang gagal pada tahun 2008 dan kembalinya Hiddink ke Rusia, Carlo Ancelotti  berada di baris berikutnya untuk peran permanen.

Pelatih asal Italia itu membantu meraih kesuksesan domestik bagi Chelsea, meraih trofi Liga Premier dan Piala FA di musim yang sama, satu-satunya klub mencapai hasil tersebut sepanjang sejarah mereka.

Dalam kemenangan Liga Premier mereka, The Blues mencetak rekor 103 gol (sampai City menyamakannya), termasuk kemenangan 8-0 atas Wigan Athletic pada hari terakhir, mengamankan gelar dengan kemenangan 1-0 atas Portsmouth, dan mengakhiri musim dengan trofi Piala FA.

Musim keduanya tidak terlalu sukses di mata pemilik, karena ia hanya mengumpulkan 71 poin - terendah di era Abramovich pada saat itu - dan dilaporkan dipecat di terowongan setelah kalah 1-0 dari Everton pada hari terakhir musim 2010/11. Ia adalah salah satu pelatih Chelsea terbaik yang pernah ada.

Jose Mourinho

Seperti yang suka ditunjukkan oleh pria itu sendiri, manajer Chelsea terhebat dalam sejarah klub, pekerjaan pertama Mourinho di klub tidak tertandingi dalam 15 tahun Abramovich sebagai pemilik dan mungkin untuk beberapa waktu.

Hanya setelah memenangkan Liga Champions bersama Porto pada tahun 2004, Mourinho telah membangun skuad yang hebat di Chelsea dengan salah satu bek terbaik yang pernah ada di Liga Premier.

Chelsea melawan Arsenal Invincibles musim sebelumnya, hanya kalah satu pertandingan dari penalti yang dipertanyakan melawan Manchester City dan kebobolan 15 gol, rata-rata 0,39 per pertandingan.

The Blues memecahkan rekor Liga Inggris untuk poin terbanyak, 95, yang dipegang hingga Manchester City mencapai tiga angka lebih banyak pada 2017/18.

Pertahanan yang sukses - satu-satunya dalam sejarah Chelsea - dengan musim mengesankan lainnya sebelum Mourinho memenangkan Piala FA pada 2007 untuk melengkapi kesuksesan trofi domestiknya.

Memang layak mantan pelatih Chelsea ini dijuluki The Special One.

Antonio Conte

Setelah proyek Mourinho gagal untuk kedua kalinya, di mana The Blues hanya bertengger di tempat ke-10, Antonio Conte diberi tugas melelahkan untuk mengubah skuad Chelsea yang kala itu dianggap medioker, menjadi penantang juara. Tugas yang tak mudah dibebankan kepada mantan pelatih timnas Italia itu.

Pada awalnya tampak seolah-olah pelatih Italia itu tidak dapat mengubah nasib mereka, dengan dua kekalahan beruntun dari Liverpool dan Arsenal, di mana dalam laga kedua adalah dibantai dengan skor 3-0, telah membuat Conte berpeluang untuk dipecat.

Tapi kemudian sesuatu terjadi ketika Conte mengubah formasi menjadi tiga bek di belakang, mendorong Victor Moses yang selama ini duduk manis di bangku cadangan ke posisi sayap, dan Chelsea mencetak kemenangan beruntun mereka dalam 13 pertandingan. Tugas yang sukses sebagai pelatih Chelsea.

Hal itu termasuk enam gol tanpa balas berturut-turut dan melihat kemenangan datang melawan Manchester United, Tottenham dan Manchester City. 

Ini adalah hasil yang positif untuk memenangkan gelar Liga Premier Chelsea, dengan The Blues memenangkan 30 pertandingan Liga Premier. Menjadi rekor baru sampai City asuhan Pep Guardiola mematahkan rekor tersebut pada musim 2017/18. 

Baca Juga 6 Kiper Chelsea Terbaik Sepanjang Masa - Ada Pemain Asal Italia Juga

Conte melaju ke final Piala FA selama dua musim berturut-turut bersama klub, kalah dari Arsenal pada 2016/17 namun menang atas Manchester United di musim berikutnya, dalam pertandingan terakhirnya melatih Chelsea.

Musim kedua Conte sebagai pelatih Chelsea tidak terlalu bagus, dengan The Blues kalah dari Burnley pada laga pembuka yang awalnya merupakan kejutan.

Kekalahan dari West Ham, Watford, Bournemouth dan kekalahan 3-0 dari Newcastle yang dipimpin Benitez pada hari terakhir mengakhiri karir sang pelatih di Stamford Bridge, meski memenangkan Piala FA, dan rekor 28 tahun di kandang melawan Tottenham juga turun. Ia adalah salah satu pelatih Chelsea terbaik yang pernah ada.

Thomas Tuchel

Akan selalu sulit untuk mengikuti legenda Chelsea untuk Thomas Tuchel, bahkan jika sang legenda berjuang sebagai manajer (selain karir bermainnya). Tapi Tuchel hanya butuh enam bulan untuk menulis dirinya di buku sejarah Chelsea.

Ketika dia mengambil alih, Chelsea menghadapi tantangan berat untuk lolos ke Liga Champions, tetapi Tuchel memecahkan masalah pertahanan mereka dengan menggunakan 3 bek sejajar, dan tidak terkalahkan dalam 14 pertandingan pertamanya di semua kompetisi, dengan dia hanya harus menyerah dua kali.

Chelsea tidak sempurna di bawah Tuchel, terutama dalam serangan, dan mereka akhirnya berhasil melewati empat besar sementara itu mereka kalah di final Piala FA, tetapi pelatih Jerman itu meraih gelar besar, gelar Liga Champions kedua Chelsea dengan kemenangan atas Manchester City.

Musim penuh pertamanya juga dimulai dengan sukses, memenangkan Piala Super UEFA melalui adu penalti dan memimpin The Blues di awal kompetisi. 

Tuchel saat ini sedang menjalani pekerjaan sulit pertamanya sebagai manajer Chelsea, tetapi ia tampaknya (dengan benar) bertahan, dengan memenangkan final Piala EFL dan Piala Dunia. Dia adalah salah satu pelatih Chelsea terbaik yang pernah ada.

Maurizio Sarri

Sarri menikmati awal yang baik untuk hidupnya di London, tak terkalahkan dalam 12 pertandingan Liga Premier pertamanya.

Chelsea memainkan sepak bola menyerang yang menarik tetapi performanya segera memburuk secara dramatis di paruh kedua, dan pertanyaan tentang berapa lama Sarri bisa bertahan di Stamford Bridge kini telah terjawab ketika pelatih berusia 60 tahun itu meninggalkan The Blues setelah hanya melatih selama satu musim.

Sarri berhasil memenangkan trofi utama pertamanya sebagai manajer dengan kemenangan meyakinkan 4-1 atas Arsenal di Liga Eropa, dan karena itu bisa dikatakan dirinya lebih baik daripada Avram Grant, dan setara dengan Benitez. Ia adalah salah satu pelatih Chelsea terbaik yang pernah ada.

Rafael Benitez

Rafael Benitez tidak diragukan lagi adalah penunjukan Chelsea yang paling tidak populer di bawah Abramovich, mengingat latar belakangnya di Liverpool dan komentar tentang klub London itu di masa lalu. 

Tetapi pelatih asal Spanyol ini didatangkan untuk menjaga agar kapal tetap stabil, daripada membangun tim untuk masa depan.

Dipilih untuk menggantikan posisi Roberto Di Matteo yang didepak oleh Chelsea, Benitez belum mencatat awal terbaiknya tanpa kemenangan dalam tiga pertandingan pertamanya, termasuk kalah di final Piala Dunia Klub dari Corinthians.

Namun saat perkembangan di Liga Inggris mulai melambat, Benitez memastikan Liga Europa tidak dianggap enteng karena The Blues melaju ke final.

Chelsea akhirnya finis di posisi ketiga Liga Premier, mengamankan tempat mereka di Liga Champions musim depan dan meletakkan dasar untuk membangun nanti.

Keberhasilan terbesar, bagaimanapun, datang di Liga Europa, ketika Chelsea mengalahkan Benfica di Amsterdam dalam partai final. Meski musim itu mereka gagal di Premier League, setidaknya mereka tidak kehilangan trofi di Eropa. Ia adalah salah satu pelatih Chelsea terbaik yang pernah ada.

Guus Hiddink

Hiddink, manajer sementara pertama Chelsea di bawah Roman Abramovich, mewarisi tim dengan fondasi kesuksesan bersama Scolari.

Kalah hanya satu pertandingan dalam 22 laga di bawah Hiddink (kalah 1-0 dari Tottenham), The Blues berjuang untuk merebut gelar Liga Premier, tetapi gagal meraihnya, karena jarak Chelsea dengan para pesaing sudah terlanjur jauh saat pelatih asal Belanda itu tiba.

Tapi mereka mampu memenangkan Piala FA, dengan mengalahkan Everton 2-1 di Wembley, dan hampir mencapai final Liga Champions untuk kedua kalinya berturut-turut sebelum bermain imbang 1-1 dengan Barcelona dalam laga penuh kontroversi.

Daya tarik Hiddink di klub membuat para penggemar berharap dan bersorak untuk menjadi pelatih Chelsea secara permanen, tetapi manajer itu pergi pada akhir musim untuk melanjutkan perannya sebagai manajer tim nasional Rusia, termasuk melaju ke semi-final Euro 2008.