Kenapa Tottenham Pilih Profesor Taktik Thomas Frank? – Thomas Frank diperkirakan melanjutkan masa kelimanya bersama Brentford. Tetapi takdir mengatakan lain, dia malah jadi wujud baru di sofa kepelatihan Tottenham, mengambil alih Ange Postecoglou yang kontroversial.
Tottenham memanglah sudah mengakhiri puasa gelar mereka masa kemudian, namun posisi ke- 17 di klasemen akhir jadi catatan kelam dalam sejarah klub. Walaupun Postecoglou bawa trofi, filosofi permainannya yang ekstrem dikira kandas bawa stabilitas. Saat ini, Thomas Frank tiba dengan harapan baru— harapan hendak fondasi yang lebih kuat serta masa depan yang lebih terang.
Ekspedisi Dari Desa Kecil ke Premier League
Thomas Frank mengawali karier sepakbolanya selaku pelatih regu U 8 lokal sehabis pensiun dari tingkat pemula. Dia menghabiskan 18 tahun di tingkat umur muda, tercantum bersama timnas junior Denmark, saat sebelum memperoleh pekerjaan senior pertamanya di klub Brøndby pada 2013.
3 tahun di Liga Luar biasa Denmark menciptakan 2 kali kualifikasi ke Liga Europa walaupun kandas masuk fase tim. Dia mundur dari jabatannya sehabis menemukan kritik anonim dari si chairman klub di forum penggemar.
Frank setelah itu bergabung ke Brentford selaku asisten pelatih pada 2016, serta dinaikan selaku manajer utama 2 tahun setelah itu. Sehabis dini yang lelet, dia bawa Brentford promosi ke Premier League lewat final play- off melawan Swansea pada 2021— prestasi luar biasa buat klub dengan anggaran kecil.
Postecoglou vs Frank: Style yang Berbeda, Harapan yang Baru
Ange Postecoglou merupakan wujud yang membelah opini publik. Untuk yang lain, dia merupakan pemimpin yang setia pada prinsip. Tetapi satu perihal tentu: dia sangat berbeda dari Thomas Frank.
Frank diketahui terbuka, hangat, serta komunikatif. Dia bahagia berdiskusi soal taktik di media semacam The Coaches’ Voice ataupun Monday Night Football. Dia merupakan wujud yang“ manusiawi”— gampang didekati serta tidak terpancing emosi di hadapan media, suatu yang sangat diperlukan di area penuh tekanan semacam Tottenham.
Dengan tantangan besar di depan mata serta ekspektasi suporter yang besar, pendekatan penuh kesabaran serta penyesuaian dari Frank dapat jadi angin fresh sehabis masa penuh ketegangan.
Keunggulan Taktis: Perinci Kecil, Hasil Besar
Thomas Frank diketahui sangat metodis serta berdasar statistik. Dia mencermati perinci sekecil bisa jadi: dari skema tendangan dini, lemparan ke dalam, sampai bola mati. Brentford apalagi mencetak berhasil di menit awal dalam 3 laga beruntun melawan Manchester City, West Ham, serta Tottenham masa kemudian.
Salah satu taktik uniknya merupakan‘ sky ball’— bola ditendang langsung ke atas buat menghasilkan kekacauan di lini balik lawan. Berbeda dengan Postecoglou yang enggan menyesuaikan diri, Frank tidak khawatir mengganti formasi demi membiasakan keadaan regu serta lawan.
Dia yakin pada model expected goals, dengan preferensi buat menjauhi tembakan spekulatif demi kesempatan yang lebih besar.
Apa yang Dapat Diganti Frank di Tottenham?
Frank menggemari kiper yang dapat membangun serbuan dari balik— suatu style yang cocok dengan keahlian Guglielmo Vicario. Bek semacam Micky serta Destiny pula sesuai dengan style progresif Frank.
Tetapi, pendekatan ke lini sayap bisa jadi hendak berganti. Bila Postecoglou mengandalkan winger murni semacam Brennan Johnson serta Heung- Min Son, Frank bisa jadi hendak berupaya pola inverted winger semacam yang berhasil dia terapkan dengan Bryan Mbeumo serta Yoane Wissa di Brentford.
Nama semacam Dominic Solanke apalagi dapat jadi sasaran utama di lini serbu, mengingat kesuksesan Frank dalam meningkatkan Ivan Toney serta Ollie Watkins.
Peluang Kedua, Tantangan Baru
Guardiola sempat mengatakan kalau Thomas hendak menanggulangi regu besar. Saat ini, ramalan itu jadi nyata. Frank hendak mengalami masa baru bersama Spurs, diawali dari laga pembuka yang langsung mempertemukannya dengan PSG di ajang Luar biasa Cup.
Walaupun banyak fans masih menyayangkan pemecatan Postecoglou, paling utama sehabis bawa trofi, kenyataan kalau Tottenham mengakhiri masa di posisi terendah selama sejarah Premier League jadi alibi kokoh buat pergantian.
Saat ini, tugas Frank merupakan meyakinkan kalau keajaiban yang dia buat di Brentford dapat diterapkan di klub sebesar Tottenham. Bila dia sukses, bukan cuma 3 masa— bisa jadi lebih.