Cara Korsel yang Dibawa Shin Tae yong ke Indonesia – Pencapaian Shin Tae- yong di Timnas Indonesia jadi buah bibir. Fenomena Shin Tae- yong sampai- sampai disamakan dengan fenomena Guus Hiddink di Timnas Korea Selatan.

Yakni pelatih awal yang membawakan Taeguk Warriors ke semifinal Piala Dunia. hal yang membekas di publik Korea Selatan. Nah, nyatanya cara- cara yang dipakai sisa pelatih Chelsea di Prajurit Yang Paling tinggi pula digunakan oleh Shin Tae- yong di Timnas Indonesia. Metode semacam apakah itu? Ayo kita bahas.

Guus Hiddink, di minta melatih Timnas Korea Selatan pada tahun 2001. Dia merupakan laki- laki Belanda dengan paspor yang lusuh, penyuka segelas anggur merah, serta memiliki portofolio bermain di klub- klub Eropa.

Dikala itu, Korea Selatan tidak mempunyai pemain yang berkiprah di Eropa. Cuma Seol Ki- hyeon yang bermain di Anderlecht. Seminggu saat sebelum Hiddink datang, Ahn Jung- hwan apalagi dipecat dari Perugia.

Hiddink mau jadi pelatih, dengan satu ketentuan K- League mesti dijadwalkan ulang. Itu dicoba supaya dia lebih kerap berbicara dengan para pemain menjelang Piala Dunia. Ketentuan itu dipadati. Lebih dahulu, tidak terdapat pelatih Korea Selatan yang memiliki akses mengutak- atik K- League.

Itu maksudnya, Hiddink telah menggenggam keyakinan dari federasi. Keyakinan dari federasi buatnya dapat bekerja lebih bebas. Dia dapat mempraktikkan strategi, taktik, serta style kepelatihan tanpa tekanan dari bermacam kubu.

3 bulan saat sebelum Piala Dunia 2002, Hiddink telah menabung kemenangan- kemenangan signifikan. Mengalahkan Finlandia serta Kosta Rika dengan skor 2- 0, dan menghabisi Skotlandia 4- 1. Hasil- hasil itu meyakinkan kelayakan Guus Hiddink melatih Korea Selatan.

Semula Korea Selatan merupakan regu lemah serta para pemainnya kekeringan keyakinan diri. Hiddink mengganti mentalitas semacam itu jadi mentalitas pemenang.

Sebentar saja, Korea Selatan jadi regu yang kokoh. Dari situ benih keyakinan pada Hiddink, baik dari pemain, federasi, warga, serta fans juga berkembang. Hiddink juga tidak butuh sungkan buat mengkritik serta memarahi para pemainnya.

Semacam misalnya, kala mengalami Prancis tidak lama saat sebelum bergulirnya Piala Dunia 2002. Korea Selatan yang terletak di peringkat 40 FIFA kala itu mampu unggul duluan dari Prancis, regu yang bertengger di peringkat satu, dengan skor 2- 1. akhir laga Korea Selatan kalah 3- 2.

Hiddink geram betul pada para pemainnya. Karena mereka kalah di pertandingan yang sepatutnya dapat dimenangkan. Pesannya jelas, kalau Hiddink tidak ingin memandang timnya kalah di depan mata kepalanya sendiri.

Mentalitas yang dibentuk Hiddink merupakan mentalitas pemenang. Tekanan besar jadi idenya. Serta itu yang dicoba Korea Selatan di Piala Dunia 2002.

Korea Selatan mampu lolos dari penyisihan tim dengan metode itu, plus kekuatan raga yang diperoleh melalui pelatihan ilmiah yang diperkenalkan Hiddink. Metode bertahan Korea Selatan lebih dahulu cenderung sporadis serta tidak kooperatif.
Afirmasi positif pula jadi buih- buih yang terus keluar dari mulut Hiddink. Semacam misalnya tatkala Korea Selatan mengalami Italia di 16 besar serta Spanyol di babak perempat final.“ Kamu hendak mengalahkan mereka” merupakan pesan yang terus di informasikan Hiddink ke anak buahnya.

STY Pula Menemukan Dukungan

Belasan tahun selepas fenomena Guus Hiddink, di Korea Selatan timbul nama Shin Tae- yong. Dia semacam prototipe yang terencana terbuat buat sepak bola Korea Selatan.

Tidak cuma sebab kemampuannya dalam mencerna bola. Tetapi, pula keahlian intelektual dipunyai pelatih yang belum lama ini tampak di kegiatan entertainment JTBC itu. Sayangnya, publik Korea Selatan, tercantum federasi sepak bolanya, tidak lumayan tabah dengan Shin Tae- yong.

Hasil kurang mengasyikkan di Piala Dunia 2018 membuat Shin Tae- yong tidak dipakai lagi. Tetapi, bawah pelatih jago, tidak perlu waktu lama, Tae- yong kemudian menemukan pekerjaan baru di Timnas Indonesia.

Coba bayangkan saja, dikala itu dia merupakan pelatih yang mengalahkan Jerman di Piala Dunia, serta dia hendak jadi pelatih Timnas Indonesia. Siapa yang tidak sumringah mendengar berita itu?

Sokongan publik Indonesia, tercantum pula PSSI yang kala itu masih dipandu Mochamad Iriawan dipegang oleh STY. Kendatipun tidak menutup peluang kalau terdapat orang yang tidak suka pada STY. Tetapi, namanya saja Shin Tae- yong. Dia tidak ambil pusing dengan itu.

Perihal itu yang buat Shin Tae- yong kesimpulannya dapat mempraktikkan metodenya di Timnas Indonesia. Dalam waktu yang terhitung pendek, pelatih asal Korea Selatan itu mengganti regu kelas kambing semacam Indonesia jadi fauna buas.

Shim Chan- gu, penulis di media Korea, Chosun, menulis, kalau Shin Tae- yong sukses meminimalkan kelemahan Timnas Indonesia. Dalam waktu yang relatif sebentar, Tae- yong mereparasi regu yang lebih dahulu kurang mempunyai pengalaman latihan yang sistematis serta mempunyai permasalahan dengan pola makan.

Dia pula mengganti regu yang lebih dahulu cuma bermain menunggu serta mengandalkan bola- bola direct, jadi lebih tabah, atraktif, serta berani memencet. cara ini mirip dengan dicoba Hiddink saat melatih Korea Selatan.

Ketegasan serta kerja keras yang dipunyai Shin Tae- yong pula memiliki nominal yang sama dengan Hiddink di Korea Selatan. Tidak cara latihan, Tae- yong mempraktikkan re- genarisi , suatu yang sempat dicoba oleh di Timnas Korea Selatan.

Melindungi stabilitas skuad dengan metode merangkul tiap pemain, mendekatinya satu per satu secara personal pula dicoba Shin Tae- yong. Sehingga, tidak terdapat kisruh di ruang ubah.
Paling tidak hingga naskah ini ditulis, Shin Tae- yong belum mempersembahkan satu juga trofi buat Indonesia. Tetapi, bukankah pria yang memutuskan mengencani seseorang wanita tolok ukurnya bukan hanya paras? Jika kita memperhitungkan pencapaian seseorang pelatih juga tidak lumayan semata- mata trofi.

Shin Tae- yong belum ngasih satu juga trofi. Tetapi masih terdapat pencapaian lain yang dapat dibanggakan, semacam lolos ke putaran ketiga kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia.

Hendak namun, amati saja, ingatan dikala Timnas Korea Selatan ke semifinal Piala Dunia toh jauh lebih menempel di benak warga Korea Selatan dibanding dikala mereka menjuarai EAFF Championship.

Apa yang dicoba Shin Tae- yong di Indonesia buatnya disamakan dengan Guus Hiddink. Media Korea Selatan, Sisain sebagaimana dilansir CNN Indonesia, menulis jika yang dicoba Shin Tae- yong, spesialnya di Piala Asia U- 23 kemarin, sama semacam Guus Hiddink dikala bawa Korea Selatan ke semifinal Piala Dunia 2002.

Akhir tahun kemudian, Shin Tae- yong merasa sangat dicintai oleh warga Indonesia. Di titik itu, mengutip Okezone, Shin Tae- yong merasa dirinya semacam Guus Hiddink yang begitu dicintai oleh suporter Korea Selatan.

By user3

Related Post