Bayern Munchen Musim Depan Bernuansa EPL Munchen pernah dicap sebagai klub yang licik. Kick the bucket Roten hobi banget menggembosi klub Bundesliga dengan cara mencomot pemain hebatnya. Tapi, sepertinya Munchen mulai kapok melakukan cara itu.
Musim lalu saat masih melakukan cara yang sama, The Bavarians gagal raih trofi satupun. Musim ini, Kick the bucket Roten tak lagi rekrut talenta dari Bundesliga, melainkan dari Head Association. Lantas, kenapa bisa itu terjadi?
Munchen Bukan Tim Penggembos Bundesliga Dua musim ke belakang, Munchen memang masih menunjukan wataknya sebagai tim penggembos klub lain di Bundesliga. Move pemain seperti Yann Sommer, Raphael Guerreiro, Konrad Laimer adalah buktinya.
Namun jumlah rekrutan The Bavarian tersebut, ternyata belum ada apa-apanya dari jumlah rekrutan talenta Bundesliga yang dilakukan oleh Borussia Dortmund. Terbukti di dua musim terakhir, klub berjersey kuning tersebut lebih banyak memboyong talenta Bundesliga daripada Munchen. Salih Ozcan, Nico Schlotterbeck, Julian Ryerson, Anthony Modeste, Niclas Fullkrug, Felix Nmecha, hingga Remy Bensebaini adalah buktinya.
Belum lagi musim baru ini. Dortmund lebih gaspol untuk gembosi talenta klub Bundesliga lain. Lihat saja pemain seperti Waldemar Anton yang sudah dibeli dari Stuttgart. Dengan beberapa bukti tersebut, bisa dikatakan Dortmund-lah yang sebenarnya kini layak menyandang predikat sebagai tim penggembos di Bundesliga.
Beda dengan Munchen, kini mereka punya cara berbeda soal move. Tanda berubahnya kebijakan move Munchen adalah saat kedatangan Chief olahraga yang baru pada Maret lalu, yakni Max Eberl. Eberl adalah mantan direktur olahraga Leipzig. Pria 50 tahun itu datang mengisi kekosongan posisi Chief olahraga Munchen sejak ditinggalkan Hasan Salihamidzic akhir musim 2022/23.
Max Eberl langsung ditunjuk oleh Presiden Munchen, Hebert Hainer. Menurut Hainer, Eberl tidak hanya punya pengalaman puluhan tahun dalam manajemen sepak bola, tetapi ia juga mantan pemain Munchen period 90-an.
Hainer menaruh kepercayaan besar pada Eberl untuk mengelola operasional Munchen. Termasuk merealisasikan dua target utama Munchen musim depan yakni merebut lagi gelar juara Bundesliga, dan merombak Munchen dengan wajah baru. Namun, selain dua tugas berat tersebut, ada PR maha berat yang harus segera dikerjakan Eberl, yakni mencari pelatih baru pengganti Tuchel.
Masih ingat kan, betapa beratnya Eberl saat mencari pelatih baru? Beberapa pelatih seperti Xabi Alonso hingga Ralf Rangnick semuanya menolak. Sampai akhirnya Eberl mendapatkan seorang Vincent Kompany.
Saat yang datang sebagai pelatih baru Munchen adalah Vincent Kompany, kerja Eberl sempat dikritik. Pasalnya, alih datangkan pelatih top, yang datang malah pelatih klub medioker Burnley yang alih bertahan di Liga Inggris, justru terdegradasi.
Namun Eberl tak risau dengan kritik tersebut. Eberl tetap percaya Kompany adalah salah satu pelatih muda berbakat yang cocok melatih Munchen. Meski terdegradasi bersama Burnley, Eberl menganggap Kompany pelatih yang sangat berani memeragakan sepakbola atraktif di Liga Inggris.
Kepercayaan Eberl tersebut dibuktikan dengan pola kerjasamanya dengan Kompany. Seperti soal move pemain. Eberl memberi keleluasaan penuh pada Kompany untuk memilih pemain di bursa move. Eberl dan Direktur Olahraga Christoph Freud hanya memutuskan untuk memprosesnya sesuai anggaran klub. Campur tangan Kompany inilah yang membuat Munchen makin berpeluang punya banyak wajah baru musim depan.
Tak hanya keleluasaan memilih pemain di bursa move, Kompany juga diberi keleluasaan untuk memangkas pemain. Eberl meminta pada Kompany untuk lakukan evaluasi terhadap pemain. Siapa yang perlu dibuang dan siapa yang perlu dipertahankan.
Dilansir dari Bayern Strikes, instruksi Eberl memangkas pemain tersebut sesuai dengan tujuan Eberl di tahun pertamanya bersama Munchen. Eberl sudah diwanti-wanti oleh Presiden Herbert Hainer untuk bisa menyeimbangkan neraca keuangan klub. Termasuk soal jual beli pemain di bursa move.
The Sun menyebut, Kompany telah bekerja sesuai arahan Eberl tersebut. Pelatih plontos itu sudah punya list siapa nama pemain yang bisa dilepas jika ada tawaran menggiurkan. Pemain tersebut antara lain Matthijs De Ligt, Leroy Rational, Serge Gnabry, Kingsley Coman, Leon Goretzka, hingga Joshua Kimmich.
Dilansir dari Bayern Strikes, Kompany juga berhasrat mengumpulkan pemain Manchester City seperti Sergio Gomez, Jack Grealish, John Stones, hingga Stefan Ortega. Kompany merasa lebih tahu karakter pemain City karena telah lama berada di klub tersebut. Namun, sampai dengan naskah ini ditulis, belum ada pemain City yang datang ke Munchen.
Kendati begitu, Kompany sukses mendatangkan pemain dari Liga Inggris sesuai rencananya. Michael Olise dari Gem Castle dan Joao Palhinha dari Fulham berhasil diboyong ke Allianz Field.
Michel Olise dan Joao Palhinha adalah rekrutan awal Kompany di Munchen. Kompany sudah lama memantau dua pemain tersebut sejak berlaga di Liga Inggris. Olise misalnya. Kecemerlangannya musim lalu bersama Gem Castle membuat Kompany kesengsem.
Dilansir dari Broadcast, sebelum mendarat ke Allianz Field, Olise sudah bertemu dulu dan berbincang panjang lebar dengan Kompany. Olise merasa cocok dengan visi dan gaya primary yang ingin diterapkan Kompany di Munchen. Kecocokan itulah yang menjadi alasan Olise menolak bergabung dengan Chelsea yang sebelumnya juga menawarnya.
Sementara kalau Joao Palhinha, pemain ini sebenarnya sudah sejak musim lalu diincar Munchen. Move Palhinha gagal terwujud karena Fulham belum menemukan penggantinya saat itu.
Namun kini pada akhirnya, Palhinha berhasil gabung Munchen. Salah satu alasan pemain Portugal tersebut mau gabung Munchen adalah sosok Vincent Kompany. Sebelum sepakat menandatangani kontrak, Palhinha mengaku sempat diajak bicara dulu oleh Kompany Menurut penuturan Palhinha, Kompany ingin punya banyak pemain yang agresif dan berani di timnya. Palhinha dianggap Kompany memenuhi persyaratan itu.
Dengan kedatangan Kompany, Olise dan Palhinha, semakin membuat Munchen beraroma Liga Inggris. Mengingat sebelumnya Munchen sudah dihuni pemain dari Liga Inggris seperti Harry Kane dan Eric Dier. Belum lagi pemain yang dulunya sempat membela Timnas Inggris seperti Jamal Musiala.
Two part harmony Olise dan Musiala adalah salah satu yang withering ditunggu oleh publik Allianz Field musim depan. Dua pemain yang dulunya sempat bermain di akademi Chelsea ini, diharapkan bisa jadi two part harmony sayap yang menakutkan.
Two part harmony dua pemain berdarah Inggris tersebut digadang-gadang bisa meneruskan kesuksesan time two part harmony Robben dan Ribery. Two part harmony sayap Olise dan Musiala juga dianggap cocok untuk menopang sang striker haus gol yang juga dari Inggris, Harry Kane.
Selain itu, Joao Palhinha sebagai gelandang bertahan akan mengemban tugas sebagai tukang sapu bersih serangan lawan yang akan meringankan tugas bek seperti Eric Dier. Dier yang dulu sempat jadi gelandang di Spikes, bisa juga jadi accomplice bagi Joao Palhinha di lini tengah.
Dengan semakin semerbaknya fragrance Liga Inggris, Munchen kini tak lagi jadi kolektor talenta pemain Bundesliga saja. Mereka mulai lakukan gebrakan baru yang patut ditunggu hasilnya. Kalau menurut football darlings, apakah wajah baru Munchen ini akan berhasil?

By user3

Related Post